Ada Apa Denga Valentine's Day
KAJIAN ISLAMI
ADA APA DENGAN VALENTINE’S DAY…….????
ADA APA DENGAN VALENTINE’S DAY…….????
Pendahuluan
Pada bulan Februari, kita selalu menyaksikan media massa, mal-mal, pusat-pusat hiburan bersibukria berlomba menarik perhatian para remaja dengan menggelar pesta perayaan yang tak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari.
Semua pesta tersebut bermuara pada satu hal
yaitu Valentine’s Day. Biasanya mereka saling mengucapkan “Selamat hari
Valentine”, berkirim kartu dan bunga, saling bertukar pasangan, saling
curhat, menyatakan sayang atau cinta karena anggapan saat itu adalah
“Hari Kasih Sayang”. Benarkah demikian..?
Sejarah Valentine’s Day
The World Book Encyclopedia, vol. 20 (1993) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine’s Day: “Some trace it to an ancient Roman festival called Lupercalia. Other experts connect the event with one or more saints of the early Christian church. Still others link it with an old English belief that birds choose their mates on February 14. Valentine’s Day probably came from a combination of all three of those sources-plus the belief that spring is a time for lovers.”
The World Book Encyclopedia, vol. 20 (1993) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine’s Day: “Some trace it to an ancient Roman festival called Lupercalia. Other experts connect the event with one or more saints of the early Christian church. Still others link it with an old English belief that birds choose their mates on February 14. Valentine’s Day probably came from a combination of all three of those sources-plus the belief that spring is a time for lovers.”
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi
Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi
cinta (queen of fe-verish love) Juno Februata. Pada hari ini, para
pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda
mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi
pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada
15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan
srigala. Selama upacara ini, kaum muda mencambuk orang dengan kulit
binatang dan wanita berebut untuk dicambuk karena anggapan cambukan itu
akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma,
mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani,
antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor.
Di antara pendukungnya adalah Kaisar Constantine dan Paus Gregory I.
(Lihat: The Encyclopedia Britannica, vol. 12, sub judul: Christianity)
Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran
Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini
menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk
menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari. (Lihat:
The World Book Encyclopedia, 1998).
The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul
St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14
Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa
Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine”
termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui
ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II
memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan
tuhannya adalah Isa al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang
Romawi. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Orang-orang
yang mendambakan doa St. Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di
terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St. Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga ia pun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (Lihat: The World Book Encyclopedia, vol. 20, 1993).
Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St. Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga ia pun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (Lihat: The World Book Encyclopedia, vol. 20, 1993).
Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu
sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M
ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan
hari gereja mengenang St. Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi
kepada istrinya di Perancis. Kemudian Ge-offrey Chaucer, penyair Inggris
mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (Lihat: The
Encyclopedia Britannica, vol. 12, hal. 242, The World Book Encyclopedia,
1998).
Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My
Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel,“Should Biblical Christians
Observe It?” (www. Korr-net.org) mengatakan: “Kata“Valentine” berasal
dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan
Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan
orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita
meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu berarti melakukan
perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi “Sang Maha
Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal
ini disebut Syirik, artinya menyekutukan Allah ta’ala.
Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi
bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari.
Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia
pun berzina dengan ibunya sendiri!
Saudaraku, itulah sejarah Valentine’s Day yang sebenarnya, yang seluruhnya tidak lain bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor. Bahkan tak ada kaitannya dengan “kasih sayang”, lalu kenapa kita masih juga menyambut Hari Valentine? Adakah ia merupakan hari yang istimewa? Adat? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya?. Bila demikian, sangat disayangkan banyak teman-teman kita -remaja putra-putri Islam- yang terkena penyakit ikut-ikutan mengekor budaya Barat dan acara ritual agama lain. Padahal Allah ta’ala berfirman, artinya
Saudaraku, itulah sejarah Valentine’s Day yang sebenarnya, yang seluruhnya tidak lain bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor. Bahkan tak ada kaitannya dengan “kasih sayang”, lalu kenapa kita masih juga menyambut Hari Valentine? Adakah ia merupakan hari yang istimewa? Adat? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya?. Bila demikian, sangat disayangkan banyak teman-teman kita -remaja putra-putri Islam- yang terkena penyakit ikut-ikutan mengekor budaya Barat dan acara ritual agama lain. Padahal Allah ta’ala berfirman, artinya
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya akan diminta pertanggung jawabnya.” (QS. al-Isra’: 36).
Hukum Merayakan Valentine’s Day
Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Rasul sahallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam: “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. at-Tirmidzi).
Hukum Merayakan Valentine’s Day
Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Rasul sahallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam: “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. at-Tirmidzi).
Bila dalam merayakannya bermaksud untuk
mengenang kembali St. Valentine maka tidak disangsikan lagi bahwa ia
telah kafir. Adapun bila ia tidak bermaksud demikian maka ia telah
melakukan suatu kemungkaran yang besar. Ibnul Qayyim al-Jauziyah
berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi
mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal
memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan,
“Selamat hari raya bagimu!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya,
kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan
perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka
yang telah bersujud kepada Salib. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar
dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas
perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti
agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya
perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain
atas perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran maka ia telah menyiapkan
diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah q.” (Lihat: Ahkam
Ahli adz-Dzimmah, juz. 1, hal. 441)
Abu Waqid meriwayatkan: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam saat keluar menuju perang Khaibar, beliau
melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan
Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di
pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata, “Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath,
sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath.” Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maha Suci Allah, ini seperti
yang diucapkan kaum Nabi Musa, ‘Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana
mereka mempunyai tuhan-tuhan.’ Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya,
sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum
kalian.” (HR. at-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).
Syaikh al-Utsaimin -rahimahullahu- ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan:
“Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena: Pertama: ia merupakan hari raya bid‘ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari‘at Islam. Kedua: ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para Salaf Shalih (pendahulu kita) –semoga Allah ta’ala meridhai mereka-. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah ta’ala melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.” [Lihat: al-Fatawa asy-Syar’iyah Fi Masa’il al-Ashriyah Min Fatawa Ulama al-Balad al-Haram, Syaikh Khalid al-Juraisiy, hal 1022]
“Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena: Pertama: ia merupakan hari raya bid‘ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari‘at Islam. Kedua: ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para Salaf Shalih (pendahulu kita) –semoga Allah ta’ala meridhai mereka-. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah ta’ala melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.” [Lihat: al-Fatawa asy-Syar’iyah Fi Masa’il al-Ashriyah Min Fatawa Ulama al-Balad al-Haram, Syaikh Khalid al-Juraisiy, hal 1022]
Maka adalah wajib bagi setiap orang yang
mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala’ dan bara’
(loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang
merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu
mencintai orang-orang mu’min dan membenci dan menyelisihi (membedakan
diri dengan) orang-orang kafir dalam ibadah dan perilaku.
Di antara dampak buruk menyerupai mereka
adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah
nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka
berarti memper-banyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama
mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya
membaca,“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang
yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka
yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS.
al-Fatihah: 6-7)
Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah
ta’ala agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mukmin dan
dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun
ia sendiri malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela.
Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin
terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang serta dapat
melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Allah ta’ala telah berfirman,
yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian
mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara
kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu
termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zhalim.” (QS. al-Maidah: 51)
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang
beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan
orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (QS. al-Mujadilah: 22)
Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak
mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara
khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang
memperingatinya.
Saudaraku…!! Ini adalah suatu kelalaian,
padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah
yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun
bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi
Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup
mereka.
Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah
sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai
Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria
dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi
porak-poranda.
Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang
jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan
menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu
mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan
cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah,
saudara, suami .. dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat
yang dirayakan oleh orang-orang kafir.
Penutup
Semoga Allah ta’ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah ta’ala menjadikan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang disebutkan dalam hadits qudsi: Allah ta’ala berfirman, artinya, “Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, yang saling berkorban karena Aku dan yang saling mengunjungi karena Aku.” (HR. Ahmad).
Semoga Allah ta’ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah ta’ala menjadikan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang disebutkan dalam hadits qudsi: Allah ta’ala berfirman, artinya, “Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, yang saling berkorban karena Aku dan yang saling mengunjungi karena Aku.” (HR. Ahmad).
Harapan
Izinkanlah keluarga dan teman Anda turut membaca risalah ini. Semoga bermanfaat dan Allah senantiasa memberkahi kita.
Izinkanlah keluarga dan teman Anda turut membaca risalah ini. Semoga bermanfaat dan Allah senantiasa memberkahi kita.
Komentar
Posting Komentar